0877-5029-6214
formadiksiunram20@gmail.com
Mataram, Universitas Mataram, INA. 2022.
blog-img
08/02/2020

BIDIKMISI JALANKU MENGINSPIRASI Finalis TIMDIKSI Nasional 2019 Rizka Abdi Universitas Mataram

Muh. Hamzani | Kisah Inspiratif

BIDIKMISI JALANKU MENGINSPIRASI

 

Rizka Abdi Universitas Mataram

Jika menuntut ilmu adalah ibadah maka berprestasi adalah dakwah. Lewat bidikmisi aku berkontribusi, lewat bidikmisi aku menginpirasi. Menginspirasi dengan prestasi

            Fajar telah menyingsing meski pukul 5 pagi, suatu kondisi yang masih saja aku tak mampu beradaptasi meski telah tiba waktu untuk kembali. Sejuknya kondisi pagi, para pejalan kaki yang ramah dengan senyumannya disetiap perjumpaan, hijaunya rerumputan dan pohon yang menghiasi pinggiran kampus, bangunan-bangunan tinggi nan megah yang menghiasi kota Taichung, kota terbesar ke tiga Taiwan itu menemani langkahku untuk berpamitan. Iya, hari itu adalah hari terakhir bagiku untuk menjajakkan kaki di negeri formosa itu.

            Setelah lelah berkeliling di sekitar kampus NCHU (National Chung Hsing University), aku dan kawan-kawanku rehat sejenak di bangku taman kota. Sembari duduk, aku terdiam dan tak menghiraukan percakapan kawan-kawanku, aku duduk dalam renungan. Dalam renungan pagi itu, terlintas dalam benakku perihal apa yang membuatku sampai pada titik ini. Sebuah mimpi untuk menjelajahi dunia, menjejakkan kaki di luar negeri, mimpi yang tak pernah  kuragu untuk mencapainya, namun ketika berhasil, aku malah tidak menyangka ini benar-benar terjadi.

             Sebuah kesempatan besar menghampiriku ketika tawaran itu datang. Sebuah tawaran untuk menjadi delegasi Indonesia dalam program ”2018 Rural- Up Community Long Stay Program in Taiwan”, sebuah program pelatihan dan penerapan projek pemberdayaan masyarakat pedesaan berskala internasional yang diselenggarakan oleh IAC (International Agriculture Centre) dan diikuti beberapa Negara di Asia. Kesempatan ini awalnya aku tolak, karena ketakutanku untuk biaya penunjang program yang jauh dari kemampuanku. Namun, berkat kebaikan salah seorang dosenku waktu itu, ia terus berusaha meyakinkanku untuk ikut program ini meskipun aku terus menolaknya. Sampai pada akhirnya aku mencoba untuk menyelesaikan proposal permohonan bantuan dana yang kemudian ditangani beliau. Pada akhirnya, alhamdulillah, pihak prodi waktu itu memberi bantuan penuh untuk keperluan mengikuti program. Entah bagaimana aku akan membalas kebaikan prodi dan dosenku yang memberi kepercayaan begitu besar bagiku. Program studi Budidaya Perairan dan Dewi Nur’aeni Setyowati S.Pi., M.Biotech. adalah hal dan seseorang yang akan kuingat nantinya.

            Kesempatan ini dan pencapaian-pencapaian lainnya mungkin tidak dapat aku capai seandainya waktu itu aku mengurungkan niat untuk kuliah akibat keterbatasan biaya dan hilangnya dukungan orang tua akibat kondisi perekonomian yang babak belur kala itu. Iya, orang tuaku mungkin bukan orang yang berpendidikan seperti orang tua lainnya. Ayahku hanya tamatan SMP Negeri dan Ibuku tamatan SD Negeri. Meskipun mereka bukanlah orang berpendidikan bukan berarti mereka orang tua yang tak peduli pendidikan, sebaliknya orang tuaku, terutama ayahku adalah orang yang sangat peduli terhadap pendidikan, khususnya pendidikan anak-anaknya.

           Ayahku tidak melanjutkan sekolah bukan karena ia pemalas, namun karena tidak ada dukungan dari orang tuanya atau kakek dan nenekku. Kebanyakan pola pikir orang tua zaman dulu masih kurang sadar akan arti pentingnya pendidikan. Tak patah arah, setelah lulus SMP, ayahku berusaha sendiri untuk mendapatkan pendidikan lanjutan, dimana akhirnya dia mengabdi di sebuah pondok pesantren dengan bekerja secara sukarela demi bisa untuk belajar lebih lanjut. Ibuku sendiri tak jauh berbeda dengan kisah ayahku, keterbatasan biaya dan tak ada dukungan dari orang tua.

           Alasan itulah yang menjadikan Ayah dan Ibuku memberikan perhatian yang lebih bagiku. Mulai dari aku dimasukkan ke salah satu taman kanak-kanak  di daerahku yang dimana, masuk TK adalah suatu hal yang masih mewah kala itu. Begitupun dengan segala fasilitas penunjang pendidikan, mainan dan makanan yang bergizi berusaha dipenuhi orang tuaku agar tumbuh kembang anaknya baik, cerdas dan berprestasi. Alhamdulillah, berkat perhatian dan dukungan orang tuaku sejak SD aku selalu jadi juara kelas, selalu masuk 3 besar pun dengan SMP aku selalu masuk 5 besar juara umum.

            Namun tak demikian dengan masa SMA ku. Jika bagi kebanyakan orang masa SMA adalah masa terindah, masa penuh kisah-kasih, mungkin tidak bagiku. Masa SMA mungkin adalah saat-saat tersulit bagiku sejauh aku pernah hidup. Berbeda dengan masa SD dan SMP, masa SMA ku tidak begitu gemilang. Tak ada prestasi berkesan dan hampir tidak ada prestasi sama sekali yang bisa dibanggakan. Kemunduran yang begitu drastis. Saat SMA aku masuk kelas unggulan, bersaing dengan orang-orang hebat yang sebagian besar belajar tidak hanya di sekolah tapi di Bimbel dan les privat. Ya, kebanyakan dari mereka berlatar belakang orang yang berada yang secara finansial sangat jauh denganku. Namun, bukan itu yang menjadi alasannya, melainkan semangat dan tekadku sendiri. Kehilangan motivasi dan inspirasi itu sangat berdampak buruk.

          Pada masa itu menghasilkan uang adalah hal terbesar yang ada dalam pikiranku. Aku tak lagi memperdulikan bagaimana berprestasi, yang ada hanyalah bagaimana aku tetap bisa bersekolah sembari menghasilkan uang. Masa itu adalah masa krisis terbesar yang pernah kurasakan. Perekonomian keluarga mulai tidak stabil ketika ibu berhenti bekerja karena tengah mengandung adik ke dua. Tak lama berselang, ketika adik keduaku lahir, ayah mengalami kecelakaan parah. ia terjatuh dari lantai 2 gedung tempat ia bekerja. Kecelakaan ini mengakibatkan kedua kakinya patah dan memaksanya untuk tidak bekerja lagi.

          Selama hampir 2 tahun ia tak mampu berjalan, hanya bisa merangkak, dan selama itu juga tak ada penghasilan tetap untuk keluargaku. Uang kompensasi kecelakaan yang diberikan tak mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Saat itu, ketika berangkat kesekolah seringkali aku tak membawa uang sepeserpun. uang jajanku mungkin hanya seperempat atau hanya sebagain kecil uang jajan kawan- kawanku. Seringkali karena hal ini aku jadi minder dan tak berani bergaul dengan mereka, karena aku tak mampu mengikuti pola pergaulan mereka. Masa itu, akupun kalah dengan gadget, system pembelajaran di kelasku sudah menerapkan sistem pembelajaran yang megandalkan gadget. Alhasil aku selalu tertinggal karena keterbatasanku. Itulah mengapa ketika SMA fokusku adalah menghasilkan uang dan bukannya sibuk belajar ataupun mengukir prestasi.

          Hal yang aku takutkan pun datang. “nak, kamu jangan lanjut kuliah ya, ayah dan ibu tak punya biaya untuk kuliahmu” ujar ibuku pelan. Ketakutanku menjadi nyata, aku takut bahwa orang tuaku kehilangan keyakinan. Mendengar itu sontak aku kaget dan tidak bisa menerima. Kusampaikan pada ibuku bahwa pendidikan itu no satu, bahwa aku harus kuliah untuk bisa membuka peluang  lebih besar. Namun ibu kembali menyatakan ketidaksanggupannya dan akupun berlalu. Doa dan pengrharapan selalu kupanjatkan selama libur setelah UN (ujian nasioal). Berharap agar ada jalan keluar bagi masalah ini. 

         Doa itu terjawab, periode pengumuman kelulusan semakin dekat. Entah apa yang membawa Kak Jayadi, kakak tingkatku waktu itu untuk kembli ke sekolah dalam rangka mensosialisakan beasiswa Bidikmisi. Beasiswa yang sebenarnya aku tahu tapi benar-benar lupa, karena Bidikmisi waktu itu belum terlalu populer dan penyebaran informasinya belum merata untuk wilayah- wilayah di Lombok. Aku yang waktu itu hampir saja mendaftar ke lembaga pelatihan kerja mengurungkan niat dan segera mendaftar beasiswa Bidikmisi melalui sekolah. Pilihanku waktu itu adalah UGM (Universitas Gajah Mada).

         Berita ini kusampaikan ke orang tuaku “yah, Buk, alhamduliillah ada jalan, ada beasiswa Bidikmisi”, aku jelaskan panjang lebar pada mereka tentang Bidikmisi. Mereka sedikit lega mendengar kabar dariku meskipun masih sedikit ragu aku akan lolos seleksi. Akhirnya aku putuskan, aku mengurungkan mendafatar di UGM karena orang tuaku tidak mendukung, mereka takut tidak mampu membayar biaya lain-lainnya sekalipun ada Bidikmisi jika aku kuliah di sana. “Tak mengapa” ujarku, yang terpenting aku bisa kuliah dan dapat beasiswa Bidikmisi. Meski ada sedikit rasa kecewa tapi benar-benar tak mengapa bagiku, selalu ada hikmah dari apa yang terjadi dalam hidup ini. Jika memang harus kuliah di Lombok, maka itu adalah yang terbaik. Pikirku, tak melulu  kampus besar akan menjamin keberhasilan di masa depan nantinya, satu prinsip lagi yang kupegang saat itu adalah bahwa aku harus menajdi pembesar nama kampus bukan sekedar menikmati nama besar kampus. Akhirnya aku mendaftar dan diterima di Universitas Mataram dengan jurusan Budidaya Perairan, sebuah keputusan yang memberikan dampak besar dalam hidupku, sempat ragu namun keraguan itu telah terjawab di kemudian hari.

          Dengan penuh antusiasme aku berkuliah dengan mengandalkan beasiswa Bidikmisi. Tak tanggung-tanggung aku memilih tinggal di asrama putra UNRAM (Universitas Mataram) yang dikelola forum mahasiswa Bidikmisi UNRAM. Dari sinilah pengalaman dan perjumpaan dengan sosok-sosok inspirasiku dimulai. 

          Pada titik ini aku mulai berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswa penggerak kampus, para aktivis, orang-orang prestatif, mereka-mereka yang layak ditiru kiprahnya. Pada awalnya aku mengikuti saran dari seorang senior, Kak Uji namanya, seorang Presiden Formadiksi kala itu. Saran beliau adalah untuk bergabung dengan organisasi. “Dalam kehidupan kuliah organisasi itu adalah keharusan, jika kuliah hanya kuliah yakinlah keluar nanti kamu tidak akan mampu bertahan. Kamu perlu koneksi, pengalaman menghandle permasalahan, kemampuan komunikasi dan leadership untuk menyongsong dunia pasca-kuliah, dan itu hanya akan kamu dapatkan di organisasi”, saran beliau dengan penuh keyakinan. “Pilihlah organisasi yang mampu mendorongmu berkembang dan tidak menghambat perkuliahanmu”, sambung beliau. Bergabunglah dengan UKM Prima untuk belajar menulis dan bergabunglah dengan UKM argUMent utuk belajar bahasa inggris. Pilihan yang sulit, bahasa inggris adalah keharusan, pun dengan menulis.

          Akhirnya aku memutuskan bergabung dengan UKM argUMent. Di UKM argUMent inilah aku belajar begitu banyak tentang dinamika kehidupan kampus, belajar manajemen organisasi, belajar leadership, belajar bahasa inggris dan lebih dari itu, aku menemukan rumah kedua untuk dihuni. argUMent menjadi wadah pembelajaran terbaik bagiku, di argUMent inilah kemudian aku menemukan passion dalam debat bahasa inggris. Dalam kehidupan kampus, bersama dengan argUMent inilah aku memulai semuanya, menata kembali segala yang telah berantakan sebelumnya. argUMent memberikan sesuatu yang sangat kubutuhkan. Perhatian, dukungan, dan kepercayaan. argUMent mengajarkan kami untuk berani bermimpi besar dan berani bertindak besar untuk mencapainya. Telah banyak alumni-alumni argUMent yang sukses dalam karirnya pasca kuliah dan lebih banyak lagi yang melanjutkan studi ke luar negeri, ke Negara-negara eropa, Australia dan Amerika.

           Aku yang sebelumnya masuk kuliah S1 saja sudah sangat bersyukur setelah di argUMent digenjot untuk melanjutkan studi S2 dan ke luar negeri. Mungkin bagi sebagian orang hal ini biasa saja, tapi tidak bagi kami disini, bisa kuliah ke luar negeri merupakan pencapaian besar yang tak semua orang mampu untuk itu. selama 3 tahun di argUMent telah banyak cerita tertorehkan dan

             Alhamdulillah beberapa prestasi juga ikut menyertai. Tak hanya bahasa inggris dan debat, ternyata kemampuan menulisku pun ikut terasah di argUMent, yang dimana senior-senior di argUMent jago menulis dan telah banyak menyabet gelar juara menulis baik tingkat regional maupun nasional. Dengan dorongan dari argUMent dan bimbingan Kak Ridwan seorang senior di kampus akhirnya aku menjadi juara pertama lomba essay tingkat UNRAM dalam UEFEST (Unram English Festival) 2017 bersamaan dengan menjadi 3rd runner-up debate competition di ajang yang sama.

          Torehan prestasi ini terus berlanjut. Mulai dari mengikuti lomba debat bahasa inggris tingkat nasional, juara debat bahasa inggris tingkat provinsi di IKIP Mataram, juara debat tingkat Wilayah 8 se Bali-  Nusra, juara MTQ tingkat UNRAM cabang Fahmil, finalis essay nasional di padang dan yang paling jauh adalah menjadi delegasi Indonesia untuk proram 2018 Rural-Up Community  Long Stay Program in Taiwan. Lebih dari itu, prestasi terbesar di argUMent adalah perubahan karakter yang lebih baik. Dari yang hanya berniat kuliah untuk beasiswa namun kemudian berpikir untuk memberi kontribusi, bermimpi besar, berani mewujudkan mimpi, dan menginspirasi. Hal yang tak pernah kusangka adalah saat ini aku menjabat sebagai presiden ke 11 argUMent.

           Untuk itulah aku begitu bersyukur bahwa Sang Ilahi memberiku Bidikmisi. Lewat Bidikmisi segala anugerah lainnya tersalurkan dalam hidupku. Menjadi bagian dari Bidikmisi berarti menjadi bagian dari inspirasi, inspirasi dengan prestasi dan kekuatan tekad. Bahwa mereka yang menjadi bagian dari Bidikmisi adalah orang-orang yang percaya bahwa pendidikan tinggi adalah hal mutlak yang harus diraih oleh setiap anak bangsa. Kita harus percaya bahwa kita dapat meraihnya karena tuhan menjanjikan perubahan dan kesempatan bagi yang mengusahakannya. Menjadi bagian dari Bidikmisi berarti memberi inspirasi dengan prestasi bahwa setiap mahasiswa Bidikmisi merupakan orang-orang pilihan yang mereka kondisinya boleh saja berada dibawah mereka yang berada, tapi masalah prestasi mereka tak akan jera, segudang torehan prestasinya. Aku bangga menjadi bagian dari Bidikmisi.

“Jika menuntut ilmu adalah ibadah maka berprestasi adalah dakwah”. Itu merupakan salah satu prinsip yang saya pegang, bahwa belajar, menuntut ilmu harus disertai dengan prestasi. Dengan prestasi ini kita menginspirasi.

           Dengan inspirasi sebuah Negara akan menjadi besar, karena dengan inspirasi kreatifitas itu muncul, mimpi-mimpi besar itu muncul dan pemiliknya berani mencoba untuk mewujudkan mimpinya. “Lewat Bidikmisi aku berkontribusi, lewat Bidikmisi aku menginpirasi. Menginspirasi dengan prestasi”. Iya, inilah yang akan aku lakukan selanjutnya. Memberi inspirasi untuk saudara- saudaraku yang mungkin memiliki keterbatasan yang sama denganku. Setelah ini aku akan membuat sebuah gerakan untuk mengajak siswa-siswa di desa yang  yang akan lulus SMA untuk yakin melanjutkan kuliah, gerakan ini bernama “AYO KULIAH”. Gerakan ini diinisiasi dengan tujuan untuk memberikan teladan dan gambaran tentang bagaimana mereka harus yakin dengan mimpi mereka dan adalah sebuah keharusan untuk melanjutkan pendidikan. Dalam prosesnya gerakan ini akan menghadirkan sosok-sosok inspiratif jebolan Bidikmisi untuk memberikan motivasi bagi mereka untuk tidak menyerah pada mimpi-mimpinya.

Besar harapan agar gerakan ini mampu memberi kontribusi lebih terhadap kemajuan pemuda-pemuda desa khusunya dalam bidang pendidikan demi kemajuan bangsa dan Negara. Salam Prestasi.

Bali, 30 Juli 2019 Rizka Abdi

Bagikan Ke:

Populer






WhatsApp-Button