0877-5029-6214
formadiksiunram20@gmail.com
Mataram, Universitas Mataram, INA. 2022.
blog-img
09/02/2020

UANG BUKANLAH MODAL UTAMA SUATU KEBERHASILAN Finalis TIMDIKSI Nasional 2019 Adi Susanto UNS

Muh. Hamzani | Kisah Inspiratif

UANG BUKANLAH MODAL UTAMA SUATU KEBERHASILAN

    Kupandangi langit penuh bintang bertaburan, berkelap-kelip memberikan senyuman dengan sejuta harapan. Teringat kenangan-kenangan penuh impian yang harus diperjuangkan. Semoga Ilahi mengabulkan segala keinginan.

    Namaku Adi Susanto, mahasiswa teknik elektro semester 4, Universitas Negeri Semarang. Aku anak keenam dari delapan bersaudara. Kakak-kakakku dan adikku yang laki-laki lebih memilih bekerja daripada melanjutkan sekolah, karena melihat ekonomi keluarga yang kurang memungkinkan. Memang tidak mudah anak desa seperti saya bisa mengenyam pendidikan sampai bangku kuliah, apalagi masyarakat di desaku belum pernah ada yang menginjakkan kaki di dunia perkuliahan. Meskipun ayahku hanya bekerja sebagai buruh kayu dan ibu sebagai ibu rumah tangga, tetapi aku selalu yakin bahwa uang bukanlah modal utama suatu keberhasilan. Asalkan ada niat dan kemauan keras, serta diimbangi dengan doa, in sya Allah Tuhan akan mengabulkan keinginan dan impian kita.

    Dunia tak selebar daun kelor, namun juga adat pasang turun naik. Bersyukurlah dengan setiap keadaan yang diberikan Sang Ilahi. Jangan pernah menyerah, meski hidupmu banyak masalah, karena sejatinya hidup adalah anugerah. Pagi itu, di rumah tidak ada sedikitpun beras yang bisa dimasak untuk sarapan, yang ada hanya sisa sayur kangkung yang sudah basi. Tak terasa air  mata membasahi pipi, tak sanggup melihat kondisi adikku yang harus menahan lapar dan menunggu ibu membawakan sesuap nasi untuk mereka. Bagai dirilis dengan sembilu, tak kuasa menahan pedihnya kehidupan. Tapi bagaimana lagi?, inilah hidup, banyak cobaan yang harus dihadapi. Ada suka ada duka, ada bahagia dan ada kecewa, selalu ambil hikmahnya dari setiap peristiwa.

    Begitu banyak kenangan yang membuatku semakin tergugah untuk mengubah hidupku menjadi lebih baik agar aku dapat mengangkat derajat keluargaku. Waktu itu aku kelas 8 SMP, saat aku mengikuti lomba pidato agama tingkat Kabupaten Wonosobo, alhamdulillah aku mendapatkan juara 2, senang dan bahagia dapat memberikan piala untuk almamater tercinta.

    Beberapa minggu kemudian, musibah menimpa keluargaku. Ayahku mempunyai banyak hutang di penjualan kayunya. Orang yang dihutangi ayahku datang ke rumah dalam keadaan mabuk sambil membawa golok. Melihat kejadian itu, aku hanya bisa menangis, tidak bisa berbuat apa-apa untuk ayah. Bahkan selepas peristiwa itu aku sering melihat ayah melamun bahkan ibu dan ayah sering bertengkar. Seringkali aku menangis saat terbayang pertengkaran ayah dan ibu, tanpa sadar saat menjelang tidur air mataku jatuh membasahi pipi. Beberapa hari setelah pertengkaran terjadi, ayah sering tidak pulang rumah. Hal itu membuatku semakin sedih dan gundah. Kasihan dengan ibuku yang harus mengurus adik- adikku dan ketiga ponakanku. Hati kecilku meronta seakan menyuruhku untuk berhenti sekolah dan bekerja membantu memenuhi ekonomi keluarga.

     Mataku tak kuasa menahan tangis saat memandang ibu memeluk ketiga ponakanku dan air mata membasahi pipinya. Sejak saat itulah beberapa minggu hanya ibu seorang diri yang mengasuh dan merawat aku, kedua adikku, dan ketiga ponakanku. Setelah kejadian itu, aku jarang sekali bertemu ayah. Rindu yang menyelimuti kalbu membuatku selalu meneteskan air mata ketika teringat sosok ayah. Tapi aku tidak boleh lemah, aku tidak boleh menyerah, karena aku yakin di setiap kesulitan pasti ada kemudahan dan Allah pasti akan melunaskan segala hutang-hutang ayahku.

    Satu tahun berjalan begitu cepat. Alhamdulillah hutang ayahku sudah terlunasi. Aku yang sudah kelas IX SMP dan sebentar lagi lulus merasa bimbang, apakah aku harus kerja atau aku harus tetap melanjutkan pendidikanku bagaimanapun caranya. Batinku semakin menuntutku agar melanjutkan sekolah ke SMK, aku tidak mau bekerja, yang ada dalam pikiranku, ”Aku harus sekolah sampai SMK”. Aku coba katakan perasaanku kepada ayah dan ibu, ternyata mereka tak mengizinkanku karena tidak sanggup membiayai sekolahku kedepannya. Mendengar jawaban ibu, tiba-tiba air mataku menetes. Aku langsung pergi ke kamar dan mengunci pintu, sambil berpikir bagaimana caranya agar aku bisa melanjutkan sekolah, karena sejatinya hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan dan hidup adalah tantangan yang harus dihadapi.

     Aku mau, aku mampu, dan aku bisa, ungkapan ini membuktikannya. Aku medapatkan sms bahwa kakakku yang keempat mau membantu membiayai pendidikanku ke SMK, dengan semangat aku bilang dan mohon restu kedua orang tuaku agar mengizinkanku untuk melanjutkan pendidikan ke SMK, dan akhirnya mereka mengizinkan. Hari terus berganti, ketika hendak berangkat sekolah aku selalu cium tangan ibu, saat itu juga aku menangis, aku memohon ridho dan doa terbaik darinya, semoga kelak dikemudian hari aku dapat menjadi orang sukses dan membawa kemanfaatan yang besar untuk orang lain terutama keluarga.

     Sedih, bahagia, dan kecewa merupakan makananku selama di SMK N 1 Kepil. Jarak tempuh ke sekolah yang cukup jauh membuat aku harus tetap semangat, meskipun terkadang orang tua harus meminjam uang ke tetangga untuk uang sakuku. Memang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, harus sabar dan tabah mendengar cacian, hinaan, dan makian tetangga. “ Dasar gak tahu diri, ayahnya banyak hutang kok anaknya memaksakan melanjutkan SMK, biaya dari mana untuk sekolah?”. Kata-kata itu yang selalu kuingat sampai sekarang dan aku jadikan cambuk untukku agar lebih semangat. Aku harus buktikan kepada mereka yang suka menghina dan mencaci maki, bahwa uang bukanlah tolok ukur untuk keberhasilan diri kita, kebulatan tekad dan kesungguhan diri yang akan membawa kita pada suatu keberhasilan.

    Seringkali aku meminta kepada Allah agar suatu saat nanti ketika aku meraih kesuksesan ayah dan ibuku ada dihadapanku, karena kebahagiaan kedua orang tua adalah kebahagiaan aku juga. Banyak tantangan dan rintangan yang harus aku hadapi ketika belajar di SMK N 1 Kepil. Kala itu menjelang UAS,  biaya uang gedung belum aku bayarkan. Bingung dan cemas bagaimana aku harus melunasinya, padahal jika belum dilunasi aku tidak diperbolehkan mengikuti UAS, sementara orang tuaku belum ada uang. Tetapi aku tidak boleh menyerah, aku yakin Allah pasti akan membantu hambanya yang membutuhkan pertolongan. Alhamdulillah aku mendapatkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang jumlahnya cukup banyak. Dari bantuan itu 600ribu aku gunakan untuk membayar uang gedung dan sisanya aku gunakan untuk uang sakuku tiap hari. Meskipun sangat banyak ujian dan kekurangan finansial, tetapi aku sangat bahagia dan semakin bersemangat, karena aku mempunyai cita-cita besar yang harus aku wujudkan.

    Kelas X11 semester 1 aku mendapat tawaran dari guruku untuk mengikuti LKS (Lomba Kompetensi Siswa), dan aku harus bersaing terlebih dahulu di tingkat sekolah dengan temanku Irfan Taufik. Seleksi demi seleksi telah kami lewati, akhirnya guruku memilihku untuk mewakili SMK N 1 Kepil untuk bersaing di tingkat kabupaten. Alhamdulillah aku mendapatkan juara 1 dan mewakili Kabupaten Wonosobo di tingkat provinsi. Senang dan bahagia bisa memberikan piala untuk SMK-ku. Banyak persiapan yang harus aku lakukan agar aku mampu membawa nama baik sekolah dan kabupatenku di tingkat provinsi nanti. Persiapan demi persiapan untuk bersaing di tingkat provinsi telah kulalui. Mengikuti pelatihan selama 10 hari di Banjarnegara dan harus meninggalkan kedua orang tua. Meskipun hanya berbekal uang 100ribu dari uang sisa hadiah lomba, hal itu tidak membuatku patah semangat, justru aku semakin semangat untuk berangkat dan mengikuti pelatihan. Hari berlalu begitu cepat, 14 September 2016 aku harus berangkat ke Solo untuk bersaing dengan Sekolah lainnya. Aku didampingi oleh dua guruku, Pak Rismono dan Pak Nafain. Banyak pengalaman yang aku dapatkan. Alhamdulillah aku bisa masuk 10 besar dalam ajang lomba Electronic Application LKS Ke-XXV Tingkat Provinsi. Walaupun sedikit sedih karena belum bisa memberikan yang terbaik untuk sekolahku, tetapi aku tetap bersyukur.

     Waktu terus berputar, tidak terasa aku sudah semester 2. Pak Rismono yang dulu mendampingiku lomba, tiba-tiba memanggilku agar aku datang ke ruangannya. Dia menyuruhku untuk melanjutkan kuliah. Aku hanya terdiam dan tertunduk mendengar ucapan itu, karena dalam pikiranku kuliah itu mahal, uang darimana untuk biaya kuliah nanti?, dan aku beranikan diri katakan kepada beliau bahwa sekolah kita belum punya akses untuk mendaftar bidikmisi. Spontan Pak Rismono langsung menemui kepala sekolah dan meminta izin untuk mengurus akses bidikmis agar siswa yang ingin melanjutkan kuliah tetapi terkendala masalah biaya bisa mendaftar bidikmisi. Bagai dapat durian runtuh, beberapa hari kemudian aku mendapatkan kabar bahwa bidikmisi sudah bisa diakses. Aku sangat terharu mendengar kabar itu, begitu pedulinya beliau sampai rela meluangkan waktunya untuk mengurus bidikmisi jauh-jauh ke Jakarta. Semoga kebaikan beliau dibalas Allah SWT.

     Bulan Februari Pendaftran SNMPTN sudah mulai dibuka, aku mendaftar SNMPTN. Pilihan pertama aku mengambil Pendidikan Teknik Elektro UNNES karena usulan dari Pak Rismono, sedangkan Pilihan ke-2 dan ke-3 aku mengambil Pendidikan Fisika UNNES dan Pendidikan Teknik Elektro UNY. Selesai melakukan pendaftaran aku merasa lega dan tawakal kepada Allah, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk masa depanku. Aku tidak pernah berharap lebih untuk hasil SNMPTN nanti, karena SNMPTN itu ibarat mengambil kucing dalam karung. Aku lebih memfokuskan diri belajar SBMPTN agar aku tidak terlalu kecewa jika nanti tidak lolos SNMPTN.

     Dua bulan sudah dari waktu melakukan pendaftaran SNMPTN, dan 26 April 2017 saatnya pengumuman lolos atau tidaknya. Sehari sebelum pengumuman SNMPTN adalah hari ulang tahunku yaitu 25 April. Pada hari itu Pak Rismono mengirimkan ucapan selamat ulang tahun di wall facebookku. “HBD mas Adi Susanto, semoga panjang umur dan dimudahkan urusannya. Semoga nanti malam kado indah menghampirimu, #lolos SNMPTN”. Membaca kiriman itu, jantungku semakin berdetak kencang, tidak bisa tidur dan terus membayangkan hasil SNMPTN besok. Aku berusaha menenangkan diri dan terus berdoa kepada Allah semoga diberikan yang terbaik untuk setiap langkahku. Pucuk dicinta ulampun tiba, alhamdulillah aku dinyatakn lolos SNMPTN Pendidikan Teknik Elektro UNNES dengan bidikmisi. Aku menangis berlinang air mata bahagia, aku peluk ayah dan ibu, aku bersujud dipangkuannya, dan aku sangat bersyukur, ini merupakan rencana indah dari Allah SWT. untuk masa depanku yang lebih baik.

     Senang dan bahagia ketika dinyatakan lolos SNMPTN, tetapi sedih, cemas, dan bingung, juga menghantui perasaanku, bagaimana aku bisa bertahan hidup di Semarang nanti ketika uang bidikmisiku belum cair?. Tidak mungkin aku minta uang kepada ayahku, apalagi ayahku juga harus membiayai sekolah adikku, belum lagi beban hutang yang belum terlunasi untuk membiayai sekolahku dulu waktu SMK. Bingung dan gelisah, apa yang harus aku lakukan agar ketika berangkat ke Semarang nanti aku tidak merepotkan ayah dan ibu. Hasrat hati ingin memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Namun aku tidak boleh menyerah, aku harus berusaha bagaimanapun caranya. Aku tidak ingin impianku terkubur hanya karena masalah uang. Aku yakinkan pada diriku bahwa uang bukan modal utama untuk keberhasilanku. Apapun yang aku inginkan kalau Allah sudah berkehendak pasti akan tercapai, yang penting berusaha dan berdoa semoga Allah selalu memudahkan segala urusan.

    Alhamdulillah dua bulan setelah pengumuman SNMPTN aku mendapat tawaran kerja di rumah makan, Sidoarum, Yogyakarta. Tetapi kebingungan kembali lagi menghampiri, ayah dan ibuku tidak punya uang untuk ongkos perjalananku ke Yogyakarta. Aku berusaha mencari pinjaman uang 100ribu sama kakakku yang pertama. Alhamdulillah kakaku ada uang yang bisa dipinjam.

     Dua bulan aku bekerja di Yogyakarta, perasaan capek selalu menggerogoti setiap langkah kakiku. Tetapi aku tidak pernah mengeluh, justru aku semakin giat untuk mengumpulkan uang demi memenuhi kebutuhanku di kuliah nanti jika bidikmisiku belum turun. Gaji yang aku terima dari jerih payah aku di rumah makan, aku gunakan untuk membeli tas, sepatu, dan perlengkapan untuk Program Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (PPAK) di UNNES. Saat itu 14 Agustus 2017, berbekal uang 1,2 juta aku beranikan diri untuk berpamitan kepada ayah dan ibu untuk segera berangkat ke Semarang. Ibuku yang melihatku semakin kurus menitikkan air mata, begitu semangatnya aku sehingga apapun aku lakukan untuk mewujudkan cita-citaku. Melihat ibuku berlinang air mata, tak sadar air mataku jatuh membasahi pipi. Aku langsung peluk ibuku erat-erat, dan meminta ibuku agar selalu mendoakan anaknya, semoga Sang Pencipta selalu memudahkan setiap langkah dan urusanku. Sehingga kelak dapat menjadi orang sukses dan mampu memberikan kemanfaatan untuk orang lain terutama keluarga.

     Kemudahan demi kemudahan aku temukan di Universitas Negeri Semarang. Mendapatkan Beasiswa Bidikmisi serta mendapatkan IPK cumlaude adalah suatu anugerah terindah untukku. Selain itu untuk menambah uang sakuku di UNNES, aku juga bekerja sebagai guru les untuk siswa SMP dan SMA. Tidak mudah bisa membagi waktu untuk belajar, untuk mengerjakan tugas, dan untuk mengajar siswa SMP dan SMA. Apalagi jurusan teknik elektro sangat banyak sekali tugas di tiap minggunya. Namun, hal itu tidak menyusutkan semangatku untuk terus bekerja keras agar aku tidak membebani kedua orang tuaku. Ketika semangatku mulai turun, aku selalu mengingat kedua orang tuaku dirumah yang selalu menunggu kesuksesanku kelak.

    Malang tak dapat kita tolak, mujur tak dapat kita raih, selalu ada tantangan dan rintangan yang harus dihadapi, bukan untuk dihindari. Saat kesulitan menerpaku, saat itulah Allah mewariskan semangat pantang menyerah dan sikap selalu berusaha apapun kondisinya. Jangan sampai semua impian dan harapan kita terkubur karena masalah uang. Ingat, uang bukanlah modal utama untuk meraih keberhasilan, tetapi kesungguhan penuh tekad adalah modal utamanya. Salam sukses dan semangat dariku (Adi Susanto), aku berdiri karena aku punya mimpi, berbekal usaha dan doa, duniaku arungi. Berharap kerja keras ini bisa mengubah hidupku nanti. Jangan khawatir, semua yang kita upayakan akan berbuah manis. Usaha yang kuat, doa juga yang kuat, in sya Allah Tuhan akan mengabulkan keinginan kita. Tetap semangat dan pantang menyerah. Salam Anak Desa!!!

Bagikan Ke:

Populer






WhatsApp-Button